Film Title : Berani Bicara (Dare To Tell)
Duration : 25 minutes
Genre : Omnibus Documentary
Director, Scriptwriter, Camera Person & Editor :
a. 420 by Dhiya Maharani dan Devana Jalalludin
b. Persahabatan Fatamorgana by Muhammad Selfiro Rizky Margono dan Dewi
Uma Ervika
c. Akulah Sang Mantan by Muhammad Hendri dan Muhammad Rizal
d. Racikan Menuju Ruang Hampa by Eileena Julinda Lyana dan Azhari Marwan
e. Santri Angles by Ittaqi Fawzia dan Erni Rahma Yuniati
Short Synopsis :
Berani Bicara (Dare To Tell) adalah sebuah film omnibus yang menceritakan
keberanian para remaja di Indonesia dalam mengungkap keberadaan narkoba yang
begitu dekat dengan kehidupan mereka dan sekaligus menjadi teman yang merusak
masa depan remaja. Film ini meng-capture kisah dari para remaja di 5 kota dengan
permasalahan yang unik dan berbeda-beda terkait isu narkoba.
Di Bogor kode 4:20 telah menjadi trend dikalangan remaja yang dimaknai sebagai
kode untuk menghisap ganja. Banyak dari remaja yang salah mengartikan kode
tersebut. Kemudian secuil cerita dari kota Solo tentang seorang remaja pengedar
narkoba yang ingin keluar dari lingkaran hitam narkoba, namun ancaman demi
ancaman yang datang sang Bandar terus menghantuinya.
Sementara itu Aceh yang dikenal sebagai surga tanaman ganja mendorong, Zulfan,
seorang musisi mantan pengguna narkoba untuk mengkampanyekan anti narkoba
melalui musik. Lain halnya dengan Kota Bengkulu, Narkoba jenis ringan yang diracik
melalui obat batuk atau disebut dengan istilah ‘ngomix’, disalah-gunakan oleh remaja
sehingga merusak jaringan otak pengguna. Seperti yang dialami oleh Ilham selepas
berhenti ‘ngomix’, ia bercita-cita menjadi penghapal Al-Quran, namun efek samping
‘ngomix’ membuatnya kesulitan untuk menghapal. Fenomena lain terjadi di kota
santri, Jombang. Labelnya sebagai kota santri tidak berarti bersih dari narkoba.
Narkoba sudah menjangkiti pesantren di Jombang. Qifa yang juga merupakan
seorang santri merasa prihatin dan tergerak untuk melakukan kampanye lawan
narkoba dengan cara yang kreatif di lingkungan sekolahnya.
- Oleh Muhammad Hendri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar